Don’t stop, keep moving!

Don’t stop, keep moving!

Dalam 1 Samuel 7:12-17, kita akan mendapati bahwa Samuel mendirikan sebuah batu peringatan dan mendirikannya di antara Mizpa dan Yesana; menamainya Eben-Haezer, katanya: “Sampai di sini TUHAN menolong kita”. Tapi apakah setelah bertobat, kemudian dipulihkan lantas berhenti? Ternyata Samuel masih berkeliling ke tiga tempat: Betel, Gilgal, Mizpa dan kembali ke rumahnya di Rama untuk mendirikan mezbah bagi Tuhan.

Pertobatan adalah titik awal, bukan akhir. Banyak orang setelah bertobat, dipulihkan, berhenti sampai di situ. Samuel merupakan hakim, nabi dan sekaligus imam. Kitab Samuel adalah kitab transisi dari Teokrasi (Mzm. 24:10, Mzm. 93:1, Mzm. 10:16, Yes. 9:6, Dan. 4:3, Dan. 7:13-14) menjadi Monarki (1 Sam. 8). Wacana monarki sudah ada sejak jaman Musa (Ul. 17:14-20). Nantinya, di akhir zaman akan kembali menjadi teokrasi dan menariknya, Tuhan Yesus tidak lagi memakai kata ‘umat’ atau ‘bangsa’ melainkan ‘murid’ dalam Matius 28:18-20.

Apa hubungannya dengan kisah ini? Karena sebagian dari kita secara tidak sadar belum layak disebut murid dan hanya puas disebut umat Allah.

Masih ada orang yang mengaku Kristen namun hanya simpatisan saja, mereka berhenti ‘bertumbuh’ setelah mengalami pertobatan dan pemulihan.

Filistin menjadi musuh utama bangsa Israel di Kitab 1 & 2 Samuel (periode 1.070 – 961 SM) dan 1 & 2 Raja-raja. Mengapa orang-orang Filistin memasuki wilayah Israel? Periode ini adalah waktu yang sulit bagi pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan di tanah Kanaan karena saat itu ada 2 kerajaan besar adikuasa: Mesir & Mesopotamia. Daerah Mesopotamia dipimpin oleh Tiglat-Pileser I (1.116-1.078 SM) yang sempat membawa kemuliaan bagi kerajaan Asyur, tapi keturunannya tidak efektif dan kehilangan kekuasaan atas tanah-tanah di sebelah barat yang pernah didudukinya termasuk bagian Suriah dan Palestina. Kerajaan Asyur baru dan Babel baru meningkat kekuatannya di Palestina dua abad kemudian. Mesir menguasai sebelah timur Kanaan/Palestina. Tahun 1.065 SM, Dinasti Tanit mengambil alih kekuasaan dan Mesir mengalami pergolakan internal sehingga tidak mampu mempertahankan kekuasaan atas tanah-tanah miliknya di sebelah timur termasuk Kanaan.

Kosongnya kekuasaan adi kuasa tidaklah berarti mudah bagi bangsa Israel untuk hidup tenang. Kerajaan-kerajaan kecil dan kelompok suku bangsa yang kuat muncul mengisi kevakuman tersebut. 

Tantangan terkuat adalah dari sebelah barat yaitu ‘orang-orang laut’ yang tidak berhasil memasuki Mesir atau yang dikenal sebagai orang Filistin. 

1 Samuel 7:14

Dan kota-kota yang diambil orang Filistin dari pada Israel, kembali pula kepada Israel, mulai dari Ekron sampai Gat; dan orang Israel merebut daerah sekitarnya dari tangan orang Filistin. Antara orang Israel dan orang Amori ada damai.

Dari tahun ke tahun, Samuel berkeliling ke Betel, Gilgal dan Mizpa, dan memerintah atas orang Israel di segala tempat itu (1 Sam. 7:16). Samuel tidak pernah menunggu masalah datang (setelah 20 tahun dipulihkan dari tekanan orang Filistin), melainkan pergi secara konsisten ke tiga tempat ini: Betel, Gilgal, Mizpa. Mengapa? Sama persis dengan perjalanan hidup rohani kita. Hidup rohani bukanlah titik, namun perjalanan, ada progress. Samuel berkeliling terus selama hidupnya agar bangsa Israel mengalami kehidupan rohani yang terus bertumbuh. Jika kehidupan rohani bertumbuh, maka niscaya kehidupan jasmani mengikuti untuk bertumbuh pula. Mereka akan ‘aman’, ‘terpelihara’ karena hidup dalam naungan Tuhan. Bagaimana dengan perjalanan rohani Anda? Sudahkah kita memutuskan untuk menjadi seorang ‘murid’ ataukah puas hanya menjadi ‘umat’?

Yohanes 8:31

Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku.

Kunci dari memahami kisah ini adalah kalimat ‘tetap di dalam’. Tahukah Anda bahwa bila 1 Samuel 7:16 diterjemahkan secara harafiah akan berbunyi: Di tahun dengan tahun, dia cukup berjalan mengepung Betel, Gilgal dan Mizpa dan untuk menghakimi Israel dengan seluruh tempat berdiri ini. Mengapa Samuel ‘mengepung’ tiga tempat tersebut? Betel, Gilgal, Mizpa adalah tempat dimana mereka mendirikan batu untuk memperingati perjalanan rohani mereka. Yakub dalam Kejadian 28:16-18 mendirikan tugu batu, Yosua mendirikan 12 batu peringatan di Gilgal dalam Yosua 4:19-24, dan Samuel mendirikan sebuah batu dinamai: Eben-Haezer di Mizpa dalam 1 Samuel 7:12.

Batu adalah sebuah pesan rohani dan harus menjadi sebuah ‘peringatan’ (mengingat = meletakkan sesuatu di dalam pikiran band. Luk. 22:19).

Betel (Beit: Rumah; El = Allah) adalah tempat Yakub bermimpi melihat tangga ke surga (Kej. 28:19), tempat yang sangat penting secara rohani dan historis bagi bangsa Israel. Melambangkan pembaharuan hubungan yaitu Yakub yang mengenal Allah Abraham dan Ishak dengan benar.

Gilgal (arti: menggelinding) adalah tempat pertama bangsa Israel berkemah setelah menyeberangi sungai Yordan (Yos. 4:19). Di Gilgal, Yosua mendirikan tugu batu sebagai tanda peringatan akan kesetiaan Tuhan. Di Gilgal, mereka disunat kembali dan merayakan Paskah. Melambangkan pembaharuan perjanjian dan kesetiaan kepada Allah.

Mizpa adalah tempat pertemuan penting bagi bangsa Israel dalam masa-masa krisis (1 Sam. 7:5-11). Di Mizpa, bangsa Israel bertobat, berpuasa dan meminta pengampunan. Juga tempat Samuel berdoa dan memimpin pertobatan nasional. Melambangkan pertobatan, penghakiman dan doa. Mari kita belajar persamaan dari 3 tempat ini:

Betel, Gilgal, Mizpa adalah tempat dimana mereka melewati titik krisis dalam hidup.

Yakub berada di Betel ketika hendak dibunuh oleh Esau, saudaranya (Kej. 28:15, Kej. 28:20-21). Yakub mengalami titik krisis, melarikan diri. Mungkin hari-hari ini ada yang berada dalam titik krisis yang terasa ingin menyerah, terlalu banyak beban dalam hidup, tidak memiliki siapa-siapa lagi sama seperti Yakub; lihatlah bagaimana pengenalanmu kepada Tuhan.

Yosua juga mengalami titik krisis yaitu diremehkan oleh bangsa sendiri. Awalnya sebelum menyeberangi sungai Yordan, bangsa Israel hanya ingin diperintah dan dipimpin oleh Yosua jikalau Yosua memiliki penyertaan yang hebat seperti Musa pendahulunya (Yos. 1:16-17). Baru setelah mereka berada di Gilgal, dalam Yosua 4:14 Pada waktu itulah TUHAN membesarkan nama Yosua di mata seluruh orang Israel, sehingga mereka takut kepadanya, seperti mereka takut kepada Musa seumur hidupnya. Mungkin hari-hari ini Anda sedang merasa mengalami titik krisis dimana engkau direndahkan oleh orang lain atau sedang berada dalam titik terendah. Keep moving!

Bangsa Israel juga mengalami titik krisis, selama 20 tahun mereka ditindas oleh orang Filistin.

Ketika menjadi seorang murid, dimanakah titik krisis Anda? Tidak mudah menjadi Kristen. 

Betel, Gilgal, Mizpa adalah tempat dimana mereka mengalami transformasi atau perubahan.

Yakub mengalami perubahan dari yang tadinya tidak mengenal Allah menjadi mengenal Allah. Before (Kej. 28:13-15 dan After (Kej. 28:21-22). Ciri-ciri seorang murid adalah antusias, bukan simpatisan, bahkan tidak pelit (Jangan seperti orang diluar sana yang anti persepuluhan dan membuat polemik, baca 2 Korintus 9:7-8). Yakub antusias memberikan sepersepuluh kepada Tuhan. Apakah Anda masih antusias datang ke gereja untuk mengalami transformasi hidup?

Yosua mengalami 2 perubahan. Yang pertama adalah sunat untuk generasi baru yang lahir di padang gurun (Yos 5:4-9) dan yang kedua adalah berhentinya manna (Yosua 5:12 Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dari tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan.) Keep moving! Harus siap mengalami perubahan. Dalam hidup ini rohani kita dikatakan tidak dewasa ketika kita ‘transaksional’ kepada Tuhan. Mengukur pemeliharaan Tuhan dari berkat materi saja. Seharusnya kita ‘relasional’ kepada Tuhan.

Bangsa Israel mengalami transformasi setelah pertobatan. Mereka membuang berhala-berhala mereka dan memperbaharui relasi mereka dengan Allah yang benar! 2 Korintus 5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Yohanes 15:5 … sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Mengepung artinya membatasi (border). Ini adalah tindakan ke ‘dalam’ yang mempengaruhi apa yang ada di ‘dalam’ supaya apa yang di dalam tidak dapat meloloskan diri ‘keluar’. Bukan untuk membuat menderita dalam artian negatif, melainkan untuk melindungi apa yang ada di dalam dalam artian positif. Tujuannya adalah supaya orang-orang Filistin tidak berani memasuki wilayah Israel lagi karena ada Tangan Tuhan yang menekan dengan berat orang Filistin (1 Samuel 7:13 Demikianlah orang Filistin itu ditundukkan dan tidak lagi memasuki daerah Israel. Tangan TUHAN melawan orang Filistin seumur hidup Samuel). 

Luar biasa, Tuhan kita bukan? Pertanyaannya: Apa transformasi yang sudah Anda kerjakan ketika menjadi seorang murid?

Betel, Gilgal, Mizpa adalah tempat dimana mereka menyerahkan hidup kepada Tuhan.

Kita tidak selalu bisa menghindari masalah dalam hidup. Tetapi bersama Tuhan kita akan mengalami hidup yang berkemenangan. Seorang murid bisa melihat cahaya bahkan saat berada dalam kegelapan. Tetap berpengharapan walau dalam kesesakan. Dimanakah Anda sekarang? Jangan ragu untuk mengakui bahwa kita perlu Tuhan dan menyerahkan hidup kita kepada Tuhan. Orang yang merasa bisa, mengandalkan hartanya tidak memerlukan Tuhan.

Bangsa Israel 20 tahun mengeluh, tanpa Tuhan mereka tidak bisa menghadapi Filistin (1 Sam. 7:2). Awalnya mereka mengandalkan tabut perjanjian, bukan pribadi-Nya!

Yakub tidak memiliki apa-apa ketika melarikan diri dari Esau (Kej. 28:20 Lalu bernazarlah Yakub: “Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai,)

Yosua bukanlah siapa-siapa jika bukan Tuhan yang membesarkan namanya (Yosua 4:14 Pada waktu itulah TUHAN membesarkan nama Yosua di mata seluruh orang Israel, sehingga mereka takut kepadanya, seperti mereka takut kepada Musa seumur hidupnya).

Jangan pernah berhenti dan puas di satu titik, tetaplah melangkah menjadi seorang murid secara konsisten mengenal Tuhan, alami transformasi hidup, menyerahkan hidup kepada Tuhan karena kita perlu Tuhan. 

God bless you.

Our Dashboard

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *