Identify God’s Will

Identify God’s Will

Sermon, 12 Mei 2024

Preacher: Yehezkiel Christanto

Bacaan: Yosua 5:1-12

Saat memasuki Tanah Perjanjian, Yosua menyunat laki-laki Israel yang belum disunat selama perjalanan mereka di padang gurun. Tindakan ini melambangkan komitmen baru mereka terhadap perjanjian dengan Tuhan dan identitas mereka sebagai umat pilihan-Nya. Selain itu, mereka merayakan Paskah, memperingati pembebasan Tuhan dari perbudakan di Mesir dan kesetiaan-Nya membawa mereka ke Tanah Perjanjian.

Masalah utama adalah banyak anak Tuhan, tapi hidupnya tidak seperti “pewaris” janji Tuhan. Mereka lupa yang terutama adalah mengenali kehendak Tuhan.

PART 1 (SUNAT)

Setelah menyeberangi sungai Yordan, Tuhan menyuruh mereka melakukan sunat terlebih dahulu. Padahal ketika bangsa-bangsa yang tinggal di tanah perjanjian (promise land) mendengar berita bahwa Tuhan menyertai bangsa Israel, mereka sudah kena mental. Kesempatan yang terlihat sangat baik karena musuh sudah gentar seperti dilewatkan begitu saja dengan melakukan sunat. 

Mengapa melakukan sunat? Mengapa sunat penting? 

Sunat adalah perjanjian/covenant.

Kejadian 17:10 Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat;

Janji Allah adalah tanah perjanjian (promise land) dan yang mewarisi janji Allah adalah keturunan Abraham!

Kisah 7:8 Lalu Allah memberikan kepadanya perjanjian sunat; dan demikianlah Abraham memperanakkan Ishak, lalu menyunatkannya pada hari yang kedelapan; dan Ishak memperanakkan Yakub, dan Yakub memperanakkan kedua belas bapa leluhur kita.

Keturunan Abraham disebut sebagai bangsa yang terpilih (am segulah).

1 Petrus 2:9 (TB) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang Rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang Ajaib.

Bangsa yang terpilih adalah kepunyaan Allah dalam Maleakhi 3:17 (TB) Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, firman TUHAN semesta alam, pada hari yang Kusiapkan. Aku akan mengasihani mereka sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia.

“Milik kepunyaan”; Kata ini juga dipakai sebagai harta benda dalam Pengkhotbah 2:8 (TB) Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah.

Sebagaimana harta benda atau milik kepunyaan Allah, tentu adalah yang menyenangkan Allah. Dan warisan tentu saja diberikan kepada anak yang disayang.

Yang lebih penting menurut Tuhan saat itu bukan penaklukan, melainkan memulai sunat terlebih dahulu. Tuhan ingin memulihkan “status” bangsa Israel sebagai bangsa pilihan, umat kepunyaan Allah, milik kesayangan Allah; dimana mereka (bangsa Israel) akan mewarisi apa yang “dijanjikan” Allah kepada Abraham!

Apa yang menyenangkan Allah ini adalah seperti Bapa yang menemukan kembali anaknya yang hilang (Lukas 15:21-24). Bapa disebutkan memulihkan status anak bungsu yang meminta bagian terlebih dahulu. Dengan meminta bagian berarti anak bungsu tersebut mengakui bahwa ia tidak bisa hidup bersama-sama lagi dengan Bapa. Ia ingin menggunakan bagiannya sesuai dengan keinginannya. Dengan kata lain, tidak break menuntut tanah warisan lagi karena sudah melepas status kepemilikan. 

Si bungsu adalah gambaran yang lebih memilih keinginan daripada kehendak Bapa.

Ketika menceritakan perumpamaan anak yang hilang ini, Tuhan Yesus sedang berbicara dengan (audiens) pemungut cukai & perempuan tuna susila dan orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat. Si bungsu ini terbuang secara moral dan sosial karena Tuhan Yesus menggambarkan si bungsu “habis” bagiannya karena foya-foya dan karena krisis yang terjadi sehingga demi bertahan hidup, si bungsu bekerja di peternakan babi dan makanan sisa babi dimana audiens ini mengerti bahwa bagi orang Yahudi, babi ini “haram”. Pemungut cukai dan wanita tuna susila itulah penggambaran dari si bungsu. Dan si sulung ini “merasa benar”, merekalah orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat. Bapa adalah gambaran tentang Allah.

Di kisah itu yang menyenangkan hati Bapa adalah si bungsu yang kembali atau si sulung?

Kembali kepada sunat, Daud pun sadar betapa pentingnya “sunat” ini. Dalam 1 Samuel 17:26, Daud mengerti kehendak Allah yaitu yang menyenangkan Allah dimana Daud memposisikan dirinya sebagai keturunan Abraham yang bersunat, yang merupakan milik kesayangan Allah. Daud paham betul bahwa dirinya pasti diperhatikan dan disertai oleh Allah yang hidup!

Berapa kali Anda menjadi harta benda kesayangan Allah? Atau menjadi bejana yang rusak, sehingga harus dibentuk kembali oleh-Nya sehingga menjadi kesayangan Allah? 

Yeremia 18:4 Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat ditangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.

Roma 8:28-29A (TB) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya.

Jangan salah mengenali kehendak Allah, semua yang terjadi (termasuk masalah) itu mendatangkan kebaikan untuk kita. Ketika kita salah memahami kehendak Allah, kita akan jatuh ke dalam perangkap Iblis yang memutarbalikkan kehendak Allah tersebut dengan tujuan menjatuhkan kita dengan mempengaruhi bahwa tidak ada yang namanya kebaikan Tuhan ketika terjadi masalah. Ada perbedaan sudut pandang orang yang benar-benar mengenal kehendak Allah dan orang yang tidak mengenal kehendak Allah. Masalah yang terjadi di hidup kita itu terjadi bukan untuk menjatuhkan kita, melainkan mendewasakan kita! 

Apa yang menyenangkan Tuhan adalah kita mengenal dengan baik kehendak-Nya dalam kehidupan kita. 

Dan yang lebih berharga atau menyenangkan Allah adalah sunat hati (Lukas 15:1, 5)

Roma 2:29 Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.

Pujian dari Allah itu lebih berharga daripada pujian dari manusia. Pujian dari manusia terlihat menyenangkan telinga kita, tetapi pujian dari Allah itu lebih berhaga karena ketika kita mengenali kehendak Bapa, hubungan kita dipulihkan, kita akan mewarisi janji Tuhan yang luar biasa dalam kehidupan kita.

Tuhan Yesus memberkati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *