Above Average

Above Average

Sermon 8 September 2024

Preacher: Ps. Andreas Purnomo

Bacaan: Wahyu 3:14-22

Sebelum Tuhan Yesus bangkit, para murid menyembunyikan diri, ketakutan. Setelah Tuhan Yesus bangkit dan naik ke sorga, mereka memiliki keberanian untuk memberitakan Injil bahkan martir.

Murid-murid Yesus berkeliling untuk memberitakan Injil, ke daerah utara (Turki), India, Ethiopia. Kira-kira tahun 60 M, Rasul Petrus mati dihukum disalib terbalik di Roma. Rasul Andreas mati di daerah Yunani dan disalib berbentuk X. Rasul Tomas mati ditombak di India. Matius mati dikampak di Ethiopia, Saudara tiri Tuhan Yesus yaitu Yakobus didorong jatuh dari menara Bait Allah namun tidak mati, dan akhirnya mati karena dirajam batu. Tetapi ada satu murid yang tidak mati.

Kira-kira 30 tahun sesudah Rasul Petrus dll mati, ada satu murid yang belum mati yaitu Rasul Yohanes. Murid yang dikasihi Tuhan Yesus. Dia dibuang di Pulau Patmos. Ia rupanya melakukan banyak pengabaran Injil di Efesus. Kaisar saat itu tidak suka berita Injil disebarkan karena Injil menceritakan seorang raja di atas segala raja. Pulau Patmos itu seperti Pulau Buru di Indonesia, tempat dimana tahanan dibuang.

Di pulau Patmos, Rasul Yohanes mendapatkan penglihatan yang luar biasa dan menuliskannya dalam Kitab Wahyu. Kitab Wahyu berisi peristiwa-peristiwa yang kolosal, penuh dengan simbol-simbol: Ada naga, penunggang kuda, kaki dian, bintang dsb. Apa yang dilihat oleh Rasul Yohanes adalah Tuhan Yesus dalam wujud Raja Kemuliaan. 

Di Pulau Patmos, Rasul Yohanes menuliskan seruan untuk 7 kota di Asia Kecil (Turki saat ini): Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan Laodikia. 7 melambangkan kegenapan, oleh karena itu ketika seruan itu diberikan artinya juga diberikan kepada kota-kota lain. Kita bisa belajar melalui seruan dari kota-kota ini. 

Banyak penafsir yang menafsirkan seruan Tuhan Yesus terhadap kota-kota ini, sebagian besar menganggap kota Laodikia adalah penggambaran gereja masa kini (abad ke-20). Apa itu kota Laodikia? Laodikia adalah sebuah kota Metropolitan. Kota ini sangat makmur, berada tidak jauh dari sebuah kota yang memiliki sumber air panas yang bernama Hierapolis. Sebelah timurnya ada kota Kolose yang terkenal dengan mata airnya yang dingin menyegarkan. 

Kota Laodikia sangat terkenal saat itu, penghasil wol hitam dan disana ada sekolah kedokteran saat itu yang menghasilkan minyak oles untuk mata. Begitu makmurnya sampai-sampai ketika tahun 60M kota ini diguncang oleh gempa dan diluluhlantakan. Dan masa itu pemerintah Romawi mengirimkan dana bantuan, tetapi kota Laodikia ini unik, karena saking makmurnya mereka menolak bantuan dari pemerintah. Salah satu kekurangan besar kota ini adalah mereka tidak punya sumber air yang bagus/jernih. Makanya mereka membangun saluran pipa untuk menyalurkan air dari selatan. 

Kita akan membaca kitab Wahyu 3:14-22

Wahyu 3:14-22

(14) “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah:

Uniknya, Tuhan Yesus ketika memberikan seruan, Ia tidak pernah menyebutkan nama-Nya adalah Yesus, melainkan Amin. Amin adalah sesuatu yang pasti. Kata sesungguhnya itu artinya juga “amin”. Kata “permulaan” juga bisa diartikan sebagai “sumber” dari segala ciptaan Allah. Yesus adalah sumber dari semuanya. 

(15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!

(16) Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.

Apa yang akan saudara jawab ketika kelak Tuhan Yesus berkata: “Aku tahu segala pekerjaanmu”? 

Tuhan senang menggunakan sesuatu yang relate, yang relevan kepada siapa firman itu ditujukan. Laodikia itu tidak memiliki sumber air, harus mendatangkan air dari tempat lain, melewati pipa. Dan jika ada air panas atau dingin itu melewati pipa tersebut akhirnya air tersebut tidak panas/dingin lagi = suam-suam kuku.

Air yang panas memiliki manfaat untuk kesehatan, air yang dingin memiliki manfaat menyegarkan. Nah, apakah gereja saat ini sudah memiliki manfaat? Dampak/pengaruh? Atau seperti Laodikia ini yang suam-suam kuku? Orang yang suam-suam itu cuma mengalir saja, begini saja. Tidak punya “inisiatif” untuk mempunyai tindakan.

Coba bayangkan jika ada orang yang sekian tahun tidak pernah bertemu dengan Anda kemudian berkata: “Kamu sekarang beda ya?” “Dulu kamu tidak seperti ini” “Sekarang luar biasa”. Orang yang panas atau dingin itu adalah orang yang yang memberkati orang lain, menghasilkan manfaat bagi orang lain, tindakannya berhasil membawa dampak yang baik bagi orang lain.  

(17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,

Orang Kristen yang seperti jemaat di Laodikia ini merasa cukup, semua tersedia, tidak butuh apa-apa lagi. Tetapi Tuhan berkata sesungguhnya banyak kekurangan. Secara rohani mereka butuh Tuhan. Makanya banyak orang diluar terlihat bling-bling, tapi di dalamnya rapuh sekali, karena mengandalkan kekayaan mereka, milik mereka, mengandalkan comfort zone mereka. Ketika merasa di titik nyaman, Iblis dapat dengan mudah menyerang.

(18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.

Laodikia punya banyak emas, tapi Tuhan menasihatkan supaya membeli dari Tuhan emas, dan juga pakaian putih. Kota industri penghasil wol hitam ini dinasihatkan supaya memakai pakaian putih. Juga minyak melumas mata, padahal kota Laodikia ini produsen salep mata terkenal saat itu. 

Orang buta membutuhkan sentuhan, pendengaran, penciuman untuk memvisualkan segala sesuatu. Mereka tidak pernah tahu bahwa sebenarnya mata mereka bisa menangkap gambar. 

Gereja seringkali tidak sadar bahwa dirinya buta. “Kaya” yang sesungguhnya adalah ketika memberikan dampak. “Telanjang” adalah sesuatu yang memalukan, mungkin melakukan sesuatu yang tidak murni. “Tidak dapat melihat” kondisi sesungguhnya.

(19) Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!

 

Jangan berkecil hati jika mendapatkan tegoran dan hajaran dari Tuhan. Tegoran dan hajaran adalah indikasi bahwa engkau adalah anggota keluarga. Kata lain yang menggambarkan tegoran dan hajaran adalah kata “disiplin”. Jadi bersyukurlah jika sedang mengalami disiplin dari Tuhan.   

(20) Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

Gereja yang suam-suam kuku berpikir bahwa ada Tuhan Yesus disini, tanpa sadar bahwa Tuhan Yesus berada di “luar” gereja. Saking sayangnya Tuhan terhadap gereja, Ia mengetok pintu berharap gereja membukakan pintu. Padahal Yesus harusnya adalah tuan rumah. 

Gereja harus memberikan tempat yang tertinggi untuk Yesus.

(21) Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.

Ini adalah janji. 1 Korintus 6:1-3 & Wahyu 20. Pada akhirnya, orang-orang kudus akan memerintah bersama sebagai raja. Suatu saat kelak, ketika Yesus datang, Ia akan ditinggikan sebagai Raja. Ini adalah janji “upah” bagi orang yang “menang”.

(22) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”

Saudara harus giat, bekerja untuk kemuliaan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati.

Our Dashboard

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *