Bangkit dari kegagalan

Bangkit dari kegagalan

Sermon, 18 Agustus 2024

Preacher: Ps. Yehezkiel Christanto

Bacaan: Yosua 7:5-6

(5) Sebab orang-orang Ai menewaskan kira-kira tiga puluh enam orang dari mereka; orang-orang Israel itu dikejar dari depan pintu gerbang kota itu sampai ke Syebarim dan dipukul kalah di lereng. Lalu tawarlah hati bangsa itu amat sangat.

(6) Yosuapun mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel, sambil menaburkan debu di ataskepalanya.

Kegagalan bisa dialami oleh siapa saja. Bahkan orang yang sudah diselamatkan mengalami keselamatan pun bisa gagal.

Nuh – seorang yang benar di mata Tuhan, tidak bercela, setelah keluar dari bahtera, mulai bertani dan Nuh yang mula-mula membuat kebun anggur (Kej. 9:18-29). Setelah ia minum anggur, mabuklah Nuh dan telanjang dalam kemahnya. Anak bungsunya (Ham) yang melihat ayahnya telanjang bukannya menutupi aurat ayahnya, ia malah menceritakan kepada kedua saudaranya (Sem, Yafet) diluar. Sesudah itu Sem & Yafet mengambil sehelai kain, membentangkannya dan berjalan mundur, menutup aurat ayahnya sambil berjalan mundur, berpaling muka sehingga tidak melihat aurat ayahnya. Ketika Nuh mendengar apa yang dilakukan Ham, anak bungsunya ini, ia mengutuk Ham: “Terkutuklah Kanaan” Nuh mengutuk putra Ham, yaitu Kanaan.

Dari Kanaan, lahir bangsa-bangsa yang sebagian besar mendiami wilayah yang kemudian sekarang menjadi tempat tinggal bangsa Yahudi yang kita kenal sebagai tanah perjanjian. (Kej. 10:15-20)

Kita tidak selalu dapat menghindari kegagalan dalam hidup. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya…

Ada yang gagal dalam bisnis (ditipu orang, merugi, besar pasak daripada tiang, terpaksa harus menutup toko),

Pekerjaan (di PHK perusahaan, gaji tidak pernah naik, kalah saing dengan tenaga kerja asing)

Rumah tangga (sering berselisih, cekcok, bahkan bercerai, gagal membesarkan anak dengan baik, anak jadi pembully di sekolah)

Pendidikan (tidak naik kelas, nilai ulangan jatuh)

Kegagalan di dunia, berimbas kepada kerohanian kita. Rasanya Tuhan seperti meninggalkan kita.

Yosua 7:12 TB (12) Sebab itu orang Israel tidak dapat bertahan menghadapi musuhnya. Mereka membelakangi musuhnya, sebab mereka itupun dikhususkan untuk ditumpas. Aku tidak akan menyertai kamu lagi jika barang-barang yang dikhususkan itu tidak kamu punahkan dari tengah-tengahmu. 

Ketika ingin mewujudkan suatu keinginan tetapi ternyata tidak berhasil sesuai dengan tujuan, itu dinamakan kegagalan. Hal itu bisa memicu konflik emosional dalam diri seseorang. dan akhirnya mempengaruhi kerohanian kita.

Dalam proses mencapai hasil akhir, kadang orang melupakan tujuan sehinggal gagal di tengah jalan. Bangsa Israel melupakan apa yang terpenting yaitu panggilan mereka. 

Ketika memasuki tanah perjanjian, bangsa Israel melupakan tujuan bagaimana mereka dipanggil keluar dari Mesir.

Mereka melupakan kualitas mengapa mereka menjadi bangsa yang terpilih dan memilih kuantitas untuk mencapai tanahperjanjian.

Ulangan 7:7 Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu–bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? —

(AYT) TUHAN mengasihi dan memilihmu bukan karena kamu bangsa yang terbesar, malahan yang terkecil jumlahnya dari semua bangsa.

Ini menandakan bahwa Tuhan sangat mengasihi mereka, mereka ditebus dari perhambaan Mesir, berjalan di padang gurun untuk menggenapi janji Tuhan. Selama perjalanan, meskipun ada bahaya, diserang oleh bangsa Amalek, Og, dll, mereka  tetap menang, itu karena Tuhan yang memberikan kemenangan demi kemenangan. Bukan karena kekuatan mereka.

Bayangkan, bangsa yang kecil bisa menang melawan bangsa yang memiliki pengetahuan perang lebih baik, bahkan melawan kereta dan kuda jaman itu. Beda dengan negara Israel sekarang yang memiliki persenjataan yang canggih. Ketika keluar dari Mesir, mereka dikejar oleh Firaun dan balatentaranya yang memakai kereta kuda. Banyak juga dari pertempuran-pertempuran kita di dunia ini, mendapatkan jalan keluar yang ajaib dari Tuhan kalau mau jujur. Tetapi pada akhirnya, karena merasa sudah “selamat”, kita mulai lupa mengandalkan Tuhan, memakai kekuatan kita sendiri karena kita bisa mengusahakan sendiri. 

Kita lupa, penyertaan Tuhan itulah yang membuat kita mengalami kemenangan.

Secara historis, tabut perjanjian adalah simbol penyertaan Tuhan. 3 benda ini merupakan pemberian Tuhan: Penyediaan Tuhan (manna), Pimpinan Tuhan (tongkat Harun yang bertunas), Hukum-hukum (2 loh batu). 3 benda ini berada di dalam tabut perjanjian yang ditutup oleh tutup pendamaian yang melambangkan dari pengampunan. Tahukah saudara bahwa 3 benda ini muncul karena sungut-sungut bangsa Israel? Karena bangsa Israel gagal memahami penyertaan Tuhan?

Yang unik adalah semua kegagalan tersebut ditutup oleh pengampunan yang sempurna.

Lantas mengapa Akhan dihukum mati? Katanya Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih setia?

Sadarkah saudara bahwa Allah sudah memberikan peringatan kepada bangsa Israel?

Pertama, ketika sebelum menaklukkan Yerikho.

Kedua, melalui kekalahan melawan bangsa Ai.

Ketiga adalah tertulis dalam Yosua 7:13 Bangunlah, kuduskanlah bangsa itu dan katakan: Kuduskanlah dirimu untuk esok hari, sebab, demikianlah firman TUHAN, Allah Israel: Hai, orang Israel adabarang-barang yang dikhususkan di tengah-tengahmu; kamu tidak akan dapatbertahan menghadapi musuhmu, sebelum barang-barang yang dikhususkan itu kamu jauhkan dari tengah-tengah kamu.

Tuhan masih memberikan kesempatan terakhir tetapi Akhan tidak memanfaatkan kesempatan itu untuk bertobat. Ketika Tuhan memerintahkan Yosua untuk menguduskan bangsa Israel, itulah kesempatan terakhir Akhan untuk bertobat, mempersembahkan korban penebus dosa dihadapan Tuhan, tetapi tidak dilakukannya! Sama seperti kita yang kacau ketika hidup dalam dosa, kita masih ada harapan. Manfaatkanlah peluang sekecil apapun untuk bertobat! 

Ketika secara jamani kita gagal, sedikitnya kita akan sadar faktanya bahwa tanpa TUHAN kita tidak bisa apa-apa. 

Yosua 7:8-9 TB (8) O Tuhan, apakah yang akan kukatakan, setelah orang Israel lari membelakangi musuhnya? (9) Apabila hal itu terdengar oleh orang Kanaan dan seluruh penduduk negeri ini,maka mereka akan mengepung kami dan melenyapkan nama kami dari bumi ini. Dan apakah yang akan Kaulakukan untuk memulihkan nama-Mu yang besar itu?”

Rubahlah perspektif kita! Kegagalan bisa terjadi bila perspektif kita salah. Kita harus bisa membedakan mana yang opini, mana fakta. 

Opini lebih sering dipakai daripada fakta. Padahal opini yang tidak sesuai fakta bisa menghancurkan. Semua orang bisa beragumen, tetapi sedikit yang memakai fakta.

Ada orang yang lebih suka tahu daripada tempe, padahal sama-sama terbuat dari kedelai. 

Fakta: Memasuki tanah perjanjian, sesudah peristiwa sunat dan Paskah tidak beroleh manna lagi. Opini: Selama ada penyertaan Tuhan, semua tersedia.

2X disebutkan makan hasil negeri itu (Yosua 5:10-12). Ini berarti penting untuk kita cermati bahwa penyediaan Tuhan mulai berhenti setelah mereka melewati sungai Yordan. Kita lebih sering mengira bahwa ketika Tuhan menyertai kita, semuanya sudah disediakan oleh Tuhan. Padahal ada sebuah transisi dari penyediaan Tuhan dengan menikmati hasil tanah perjanjian.

Penyediaan TUHAN adalah bagian dari penyertaan dan kesetiaan TUHAN, namun kita akan gagal memahami kesetiaan-Nya ketika hanya ingin segalanya tersedia untuk kita.

Sama seperti orang tua yang baik, tentu menginginkan anaknya juga dewasa, bisa berdiri dengan 2 kakinya sendiri, memenuhi kebutuhan sendiri, mandiri, tidak bergantung terus kepada orang tua. Dahulu kita adalah hamba dosa, sekarang kita adalah anak. Grow up!

Ketika menjadi hamba, terikat kepada peraturan-peraturan. Hamba tidak memiliki otoritas pada dirinya, ia harus takluk pada perintah-perintah tuannya.

Selama perbudakan di Mesir, bangsa Israel terbiasa hidup sebagai budak/hamba. Wajar dalam proses ketika kecil sebagai anak-anak banyak sekali peraturan-peraturan/perintah yang harus mereka taati dalam bentuk hukum taurat. Tapi menjelang dewasa, kita akan mendapatkan tantangan baru. Karena kita mulai bertanggung jawab terhadap kehidupan kita sendiri. Makanya, Tuhan tidak menyediakan manna lagi.

Orang Kristen yang masih kanak-kanak, mereka akan banyak bersungut-sungut, ingin segalanya tersedia, diberkati terus-terusan oleh Tuhan.

Lihat perbedaannya, jika kita bisa memahami ini, doa kita kepada Tuhan tidak akan sama lagi.

Biasanya yang menuntut berkat, pasti berubah, doanya selalu diawali dengan ucapan syukur. Karena mulai menikmati hasil tanah Kanaan! Grow up!

Jangan jadi anak yang suka menuntut, apalagi warisan. Nanti jadi anak yang terhilang!

Fakta: Mereka menaklukkan Yerikho bukan dengan kekuatan mereka sendiri. Opini: Kota Ai yang kecil, dapat ditaklukkan dengan sedikit orang. Yosua 7:3 (3) Kemudian kembalilah mereka kepada Yosua dan berkata kepadanya: “Tidak usah seluruh bangsa itu pergi, biarlah hanya kira-kira dua atau tiga ribu orang pergi untuk menggempur Ai itu; janganlah kaususahkan seluruh bangsa itudengan berjalan kesana, sebab orang-orang di sana sedikit saja.”

Fakta: 1 orang Akhan yang berdosa, seluruh Israel terkena dampak. Opini: 1 orang Adam yang berdosa, dosa tidak diwariskan. Disini terselip injil tentang keselamatan kekal. Roma 5:12 (12) Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

Jadi, selama ada kesempatan untuk bertobat, gunakanlah itu dengan sebaik-baiknya, bukan malah bermain-main dengan dosa!

Tahukah Anda bahwa kata “pertobatan” dalam Alkitab Perjanjian Baru sebenarnya menggunakan kata “metanoia” yang arti sebenarnya adalah perubahan cara berpikir/sudut pandang.

Fakta yang paling penting adalah kita tidak bisa bertobat dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri. Kita akan selalu gagal jika mengandalkan kekuatan kita sendiri.

Ini akan membawa ke pengertian selanjutnya tentang kegagalan yaitu logika vs iman. Bagaimana mewujudkan apa yang belum terjadi bergantung kepada pilihan.

Kita paling suka dengan sesuatu yang logis: Hitung-hitungan, kalkulasi peluang bisnis, keuntungan yang akan diraihdengan mudah, efisien. Padahal iman beranjak dari sesuatu yang belum terjadi yang mungkin diluar logika kita.

2 hal ini memiliki hasil yang berbeda. Apa yang sedang ingin Tuhan ajarkan kepada kita dengan 2 hal ini?

Apakah klo kita berlogika itu salah? Tidak ada yang salah, karena Tuhan juga memberikan hikmat kepada kita. Tetapi ketika kita lebih memilih untuk mendengarkan kehendak bebas kita daripada kehendak Tuhan, itu yang berbahaya!

Hasilnya akan jelas yaitu kegagalan!

Agar kita bangkit dari kegagalan, kita harus melakukan:

  1. Akui kegagalan (mengakui kegagalan tidak sama dengan menyalahkan diri atas semua kegagalan yang terjadi) — Yosua 7:6,10

    Sebagai seorang pemimpin, terkadang kebijakan yang diambil itu malah membuat masalah baru. Tidak semua solusi atau keputusan yang diambil dapat menyenangkan semua pihak.

    Perasaan sedih, kecewa, marah, frustasi adalah emosi yang akan terjadi ketika mengalami kegagalan dan itu wajar. Jangan biarkan perasaan itu menghantui dan menyebabkan kita menyalahkan diri. Karena menyalahkan diri akanmembuat kita sulit untuk bangkit. Apalagi kalau menyalahkan orang lain atas kegagalan diri kita.

    Apapun kegagalan kita secara jasmani, kita perlu merendahkan diri kita di hadapan Tuhan sama seperti Yosua. Tidaklah mudah sebagai seorang pemimpin mengakui kegagalan di hadapan bawahannya. Apalagi Yosua 1 kita kemarin sudah belajar bagaimana bangsa Israel menuntut Yosua memiliki kemampuan sama seperti Musa.

  2. Kenali kelemahan (Harga diri yang tinggi menghalangi seseorang untuk mengakui kegagalan, karena tolak ukur segala pencapaian adalah keberhasilan di hadapan orang lain.) — Yosua 7:10

    Orang yang tidak mau mengakui kegagalan adalah orang yang keras hati.

  3. Belajar dari kegagalan (Pepatah mengatakan bahwa guru terbaik adalah pengalaman, begitu pula dengan kegagalan. Semua kegagalan diijinkan Tuhan terjadi supaya mengasah karakter kita) — Yosua 7:12

    Jangan berkecil hati jika mengalami kegagalan.

  4. Identifikasi masalah (Hal pertama yang bisa dilakukan adalah mengenali kegagalan dan membuat langkah matang mengukur satu persatu penyebab kegagalan) — Yosua 7:16

    Untuk menetapkan strategi yang tepat Anda harus mengajukan pertanyaan yang tepat:

    “What”: Apa yang menyebabkan bisnis merugi terus? Apa yang menyebabkan bangsa Israel kalah dari Ai? Kota yang lebih kecil dari Yerikho?
    “Person”: Siapa yang menyebabkan bangsa Israel kalah? Siapa merugikan usaha? SDM yang kurang cakap? Tidak bekerja sesuai SOP?
    “Where”: Dimana kebocoran itu terjadi? Bagian keuangankah? Bagian marketingkah? Mungkin terlalu banyak bisnis trip, pengeluaran tidak terduga, pameran dll?
    “How”: Bagaimana mencari sumber masalah itu dan mengatasinya? Memanggil satu persatu orang yang bertanggungjawabkah? Mengadakan audit perusahaankah? Kalau usaha baru berdiri, masih bisa dihandle dengan tenaga sendiri, ngapain hire orang?
  5. Ambil tindakan (Tindakan harus didasarkan fakta, bukan opini) — Yosua 8:1,3

    Fakta apapun yang kita temukan itulah yang menjadi dasar kita mengambil tindakan. Tanpa tindakan apapun, kegagalan itu tidak akan bermakna bagi kita.

    Kegagalan harus memiliki arti penting dalam hidup kita, supaya hidup kita lebih bermakna. Kegagalan terjadi supaya kita tidak gegabah dalam mengambil keputusan.

  6. Selaraskan dengan Tuhan (Kegagalan terjadi akibat kehendak bebas kita tidak selaras dengan Tuhan) — Yosua 8:1,3

    Apa yang menurut opini kita menguntungkan, menghasilkan, bahkan tidak akan gagal, ternyata bila itu tidak selaras dengan Tuhan maka kita akan gagal. Ternyata kota Ai yang kecil tidak mudah untuk ditaklukkan, Tuhan berkehendak agar Yosua membawa “seluruh tentara” walaupun Tuhan sudah menyerahkan Ai ke tangan bangsa Israel. Ini tidak mudah.

    Kegagalan yang terjadi dalam hidup kita biasanya terjadi karena keinginan kita berbeda dengan keinginan Tuhan.

    Mungkin hari ini engkau gagal, tapi Tuhan tetap setia menunggumu untuk berbalik, kembali mengandalkan Tuhan, menyelaraskan keinginanmu dengan panggilanmu.

    Tuhan Yesus memberkati.

Our Dashboard

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *