Learn from the small – Part 2

Learn from the small – Part 2 Sephanim

Sermon, 28 Juli 2024

Preacher: Yehezkiel Christanto

Bacaan: Amsal 30:24-28

Tanggal 19 Juli 2024 ada berita mengejutkan tentang helikopter yang jatuh di Pantai Suluban, Bali. Tidak perlu memakai rudal untuk menjatuhkan sebuah helikopter. Helikopter wisata tersebut jatuh akibat terlilit tali layang-layang. Apalah arti kekuatan seutas tali layang-layang dibandingkan dengan sebuah helikopter besi yang terbuat dari komponen-komponen canggih?

Sesuatu yang kecil, lemah, sering kita abaikan ternyata memiliki dampak yang besar.

Mengapa kita perlu belajar dari sesuatu yang kecil? Manusia seringkali hanya memikirkan perkara-perkara yang besar dan heboh bahkan hebat – tetapi mereka melewatkan dan mengabaikan hal-hal kecil

Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa hikmat akan datang kalau kita mau dengan rendah hati belajar, dan proses ini seumur hidup (long life learning process).

Amsal 8:12 Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan

Mengapa kita memerlukan ini? Supaya kita dapat membuat keputusan-keputusan yang baik dan benar! Mulai dari belajar sesuatu yang kecil, yang sering kita abaikan; dan firman Tuhan hari ini kita akan belajar tentang hewan yang kedua yang terlihat lemah, kecil, sering diabaikan, tetapi mereka mengandalkan bukit batu sebagai tempat perlindungan.

Amsal 30:26 pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu, 

Tidak banyak orang yang tahu tentang “pelanduk”. Tapi apakah yang dimaksudkan adalah kancil? Sayang sekali Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia agak kesulitan menerjemahkan apa yang dimaksud dalam firman Tuhan karena hewan tersebut tidak ada di Indonesia. Lebih banyak ditemukan di Afrika dan Timur Tengah. Di Indonesia, lebih tepat dinamakan kelinci batu.

Dalam bahasa aslinya (Ibrani), hewan ini disebut Sephanim. Terjemahan dalam bahasa Inggris menyebutkannya dengan nama Rock badger, Hyrax, atau Coney.

Mereka adalah hewan mamalia yang termasuk dalam hewan yang diharamkan dalam taurat. 

Dalam keluaran 14:7, Alkitab TB menerjemahkan Sephanim ini sebagai marmot.

Dalam amsalnya Agur bin Yake menasihati kita agar mau belajar dari kehidupan 4 binatang yang paling kecil dan lemah di bumi. Hari ini mari kita belajar tentang Sephanim ini.

Disebutkan bahwa sephanim adalah bangsa yang lemah (tidak kuat), tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu.

Daud beberapa kali memanggil Allah dengan sebutan gunung batu (Mazmur 18, 27, 40, 62 dll), yang bermakna sebagai tempat perlindungan.

Kata tersebut juga muncul di Yesaya dan kitab-kitab yang lain. Bahkan Musa menyanyikan dan memanggil nama Allah dengan sebutan “gunung batu” sebagai tempat perlindungan.

Jadi bangsa Israel tidak asing dengan memanggil Allah dengan sebutan “gunung batu” sebagai tempat perlindungan.

Tempat perlindungan ini adalah sebuah tempat yang tidak dapat dengan mudah didatangi.

Setiap terjangan masalah, badai problema kehidupan, pergumulan yang kita hadapi sehari-hari – CEPAT atau LAMBAT akan membuat kita menjadi lemah dan tak berdaya.

Ketika kita LEMAH dan TAK BERDAYA, ketika hal itu TERJADI, maka CELAH untuk masuknya DOSA pun akan terbuka.

Kita harus sadar bahwa “shepanim” yang lemah ini juga menggambarkan kita sebagai manusia yang rentan.

Mengapa bisa rentan? Karena kita memiliki dasar yang salah. Seharusnya kita memulai segala sesuatunya dari hal kecil dulu. Kita lebih menyukai hal yang besar, tetapi ketika diberikan hal yang besar tanpa menguasai hal kecil, apa yang kita bangun akan rubuh ketika datang masalah!

Sephanim adalah hewan kecil yang lemah. Tapi mereka mengetahui kelemahannya sebagai dasar yang baik untuk bertahan.

Matius 7:24-27

(24) “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

(25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.

(26) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.

(27) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Mari bandingkan dengan Yesaya 32:2. Konteksnya adalah berbicara tentang Raja yang adil. Dikatakan dalam ayat 1: Seorang raja akan memerintah menurut kebenaran, dan pemimpin-pemimpin akan memimpin menurut keadilan. Ini adalah nubuatan tentang Yesus Kristus yang akan memerintah kelak sebagai seorang Raja di seluruh dunia.

Kata mereka ini (jamak) adalah pemimpin-pemimpin yang ikut memerintah bersama dengan Raja yang adil tersebut. 

Ketika Anda keluar dari gereja, kemudian diperhadapkan dengan pergumulan Anda, segala masalah-masalah yang terjadi dan Anda masih tetap lemah — berarti ada yang salah dengan Anda.

Dikatakan: (ayat 26-27) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama seperti orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.

Firman Tuhan mengatakan dengan jelas, orang yang mendengar dan tidak melakukannya, ia = orang bodoh, mendirikan rumah di atas pasir.

Banyak orang Kristen ini datang ke gereja, dikuatkan, namun ketika menginjakkan kaki diluar gereja, melihat kenyataan yang ada, ada hujan yang menimpa kepala (pikiran), kemudian banjir dan angin melanda (ketakutan-ketakutan akan masa depan, kenyataan yang sepertinya “mustahil” berubah) pada akhirnya iman kita seperti rumah yang rubuh ini. Karena kita mendirikan iman kita di atas pasir.

Jangan mendirikan iman kita di atas pasir! Mengapa orang Kristen bisa gugur imannya?

Karena mereka tidak pernah benar-benar menjadikan Tuhan sebagai “tempat perlindungan”! 

Mereka TERBIASA menaruh rasa AMAN, kenyaman mereka terhadap sesuatu yang dalam kendali mereka.

Mereka TERBIASA menaruh rasa AMAN, kenyaman mereka terhadap sesuatu yang dalam kendali mereka. Keadaan yang Anda “pikir” bisa Anda rubah dengan kekuatan sendiri, berada dalam control, mengendalikan alur masalah TANPA TUHAN sering membuat kita terlena bahwa kita sedang membangun segala sesuatu di atas pasir. Ketika ada masalah yang berada di luar kendali, yang Anda bangun akan rubuh secara otomatis dan terlambat sudah untuk mempertahankan apa yang sudah Anda bangun.

Ilustrasi: Manusia lebih menyukai uang. Merasa tenang kalau hartanya banyak.

Tentu saja ini adalah keputusan-keputusan yang MELIBATKAN Tuhan. Sekecil apapun masalah Anda, jika Anda terbiasa melibatkan Tuhan, maka Tuhan yang akan kendalikan! Meskipun itu diluar kendali Anda! Amin?

Anda mungkin saja tidak bisa merubah segala sesuatunya (diluar kendali), tapi Anda bisa merubah diri Anda.

Bisa jadi dirimu gagal mengubah keadaanmu, tapi jangan pernah gagal memahami kebaikan Tuhan (Roma 8:28). Mari, jadikan ini sebagai ayat favorit.

Nyanyian pujian Daud dalam Mazmur 40:3-4 juga menyiratkan bahwa Tuhan adalah tempat pijakan yang tak dapat goyah.

Daud mengalami pengalaman berjalan bersama Tuhan yang luar biasa ketika mengalami pergumulan hidup sehingga ia bisa menyanyi meninggikan Tuhan.

Sesungguhnya, pergumulan hidup bisa dialami oleh siapa saja, bahkan orang yang tidak mengenal Tuhan. Tetapi orang yang mengenal Tuhan, ketika mengalami pergumulan hidup ia tetap melangkah dengan pasti.

Tuhan mungkin ijinkan kita mengalami jalan yang tidak rata, bergelombang, yang sukar & sulit. 

Tapi orang yang berjalan bersama Tuhan akan tahu bahwa segala kesukaran/kesulitan itu TIDAK MEMBAWA KEHANCURAN/KEBINASAAN. Justru segala kemudahan lah yang menjerumuskan ke dalam kehancuran.

Pergumulan hidup adalah hal yang biasa. Orang yang tidak mengenal Tuhan pun juga mengalaminya. Tetapi yang menjadikannya luar biasa adalah pengalaman berjalan bersama Tuhan, ketika kita tahu bahwa kita bisa melihat lebih jelas apa yang akan terjadi jika kita bersama Tuhan!

Bersama Tuhan, pandangan kita lebih baik, kita akan dapat mengambil keputusan-keputusan yang sesuai kehendak-Nya!

Mazmur 119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku

Inilah hikmat menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungan. Di batu-batuan, sephanim ini memiliki pandangan yanglebih baik tentang sekitar, memantau area dimana pemangsa dapat terlihat dengan jelas.

Orang Kristen yang terbiasa mengandalkan Tuhan sebagai tempat perlindungan, ia akan memiliki VISION yang lebih baik!

Jadi, belajar dari sephanim ini, hal kecil yang sering kita abaikan:

  • Membangun rasa aman (tempat perlindungan) ini dalam TUHAN
  • Melakukan firman TUHAN seperti orang yang berhikmat
  • Mengandalkan TUHAN supaya memiliki pandangan (VISION) yang lebih baik.

Satu hal yang menarik dari sephanim adalah mereka mencari makan tapi tidak pernah jauh dari rumahnya. Maksimal adalah 150 kaki, atau 45 meter.

Rumah mereka yang terbuat dari batu alami, merupakan tempat perlindungan mereka.

Apakah bersembunyi di batu artinya hidup dalam ketakutan?

Tidak sama sekali! Sephanim sebenarnya menikmati hidup di bebatuan, mereka bermain di bebatuan, mereka berjemur di bawah sinar matahari, mereka menyukai bebatuan.

Membangun rumah di atas batu = menemukan kedamaian (bandingkan dengan rumah yang dibangun di atas pasir), ketika hujan…

Kapanpun sephanim melihat bahaya, mereka melompat ke batu-batu, mereka sembunyi di batu-batu.

Mzm. 62:6 Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. — TUHAN selalu ada buat kita, menjadi tempat perlindungan yang baik.

Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Haleluya!

Bagaimana kita bisa menikmati perlindungan ini jika hanya pergumulan atau masalah-masalah kita yang ada di depan kita? Caranya adalah kembali ke tempat perlindungan

Hal kecil apa yang sering kita abaikan? Yaitu kita sering lupa kita memiliki Tuhan yang hidup, yang selalu menanti kita kembali untuk mengandalkan perlindungan dan keselamatan yang dari pada-Nya.

Ada 3 spesies utama dalam Sephanim (hyrax):

  • Rock hyrax (hyrax batu)
  • Bush hyrax (hyrax Semak)
  • Tree hyrax (hyrax pohon)

Mereka mampu menyembunyikan diri dengan baik, terutama Tree Hyrax

Bersama bebatuan, Sephanim ini mereka berkamuflase dengan baik, sehingga terlihat seperti lingkungan sekitar.

Seperti batu warna coklat sehingga menyulitkan pemangsa/predator untuk menemukannya.

Sephanim mirip dengan batu-batuan yang menjadi tempat perlindungan mereka. Demikianlah kita juga harus mirip dengan Allah, mencerminkan sebagai anak-anak Allah. Adakah disini seorang anak yang tidak mirip dengan orang tuanya?

DNA kita sebagai anak-anak Allah adalah memiliki kasih dalam diri kita. Bahkan pewaris janji Allah.

Galatia 3:26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus, (29) Dan jikalau kamuadalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.

Hal kecil yang sering kita lupakan:

  • Pertama, tebarkanlah kasih ini melalui hal-hal kecil di sekitar kita. Karena Allah adalah kasih, maka kita harus hidup dalam kasih. Hidup dalam kasih tidak mudah ketika dalam kenyataannya ada orang-orang yang membenci kita, suka mencari gara-gara, membuat masalah untuk kita (mungkin bos yang arogan, klien yang banyak tuntutan: makin kaya makinbanyak maunya, ijin gereja dipersulit dll)
  • Kedua, jangan tinggalkan Tuhan. Hal kecil yang sering diabaikan adalah membangun relasi dengan Tuhan tiap hari. Sesibuk apapun pekerjaan kita, setinggi apapun pendidikan kita, sebesar apa keinginan kita, cita-cita kita, jangan pernah meninggalkan Tuhan. Berdoa, memuji Tuhan (mungkin hanya menyetel lagu Rohani, it’s okay), baca alkitab dll.

Mereka menghabiskan sekitar 95% waktunya dengan berbaring di atas bebatuan. Pada siang hari mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berjemur di bawah sinar matahari. Meskipun Hyrax adalah mamalia, mereka tidak bisa menjaga tubuhnya tetap hangat seperti kita. Mereka menjadi lebih hangat di siang dan lebih dingin di malam hari, jadi berbaring di bawah sinar matahari membantu menghangatkan mereka seperti ular.

Hyrax batu dapat tumbuh cukup besar, dan hidup dalam koloni, terkadang berkekuatan 50 hingga 100 ekor. Anda mungkin akan melihat gadis-gadis cantik ini berjemur di bebatuan di permukaan tebing.

Ini karena tubuh mereka sendiri kesulitan menghasilkan panas. Jadi mereka sangat mirip dengan meerkat karena mereka mencari matahari sebisa mungkin.

Hyrax memiliki sedikit kendali atas suhu tubuhnya dan tidak dapat hidup tanpa perlindungan dari dingin dan panas. Sebaliknya, mereka memanfaatkan lingkungan untuk mengatur suhunya.

Seperti Sephanim yang mengendalikan suhu tubuh di malam hari, kehidupan seimbang jasmani dan rohani perlu diperhatikan.

Pertumbuhan jasmani seharusnya berbanding lurus dengan pertumbuhan rohani kita. Ada orang Kristen yang dewasa secara fisik, namun kerohaniannya masih dangkal. Sudah banyak mendengar firman Tuhan, tetapi hidupnya begitu-begitu saja, tidak ada perubahan.

Meskipun rentan berada diluar, berjemur di matahari tetapi Sephanim tidak mudah terperdaya oleh predator lainnya seperti elang selain karena warna tubuhnya yang mirip dengan bebatuan.

Kenapa? 

Strategi musuh sangat licik, seekor elang terbang menuju ke arah matahari dan kemudian berbalik menukik ke arah mangsa/buruannya sehingga mangsanya tidak dapat melihatnya.

Tetapi Sephanim ini special! Hewan ini memiliki ”iris” berwarna khusus yang menutupi bagian atas pupil dan memudahkan untuk melihat musuh di langit. Iris ini mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata dari atas, berfungsi sebagai pelindung matahari bawaan (built in sun-visor).

Sephanim ini memiliki penglihatan yang baik, dapat melihat pemangsa dari jauh lebih dari 1000 yards (900 meters)

Hati-hati di jaman sekarang, banyak sekali video-video khotbah yang beredar diluar sana, tapi tidak semuanya mengajar kita dengan benar! Mungkin motivasi-motivasinya baik, tapi tujuannya tidak baik. Mereka menggunakan ayat firman Tuhan ini untuk keuntungan mereka.

Contoh kotbahnya tidak jauh-jauh dari uang: mengajarkan persepuluhan kepada jemaat untuk menggalang dana yang menguntungkan dirinya dan keluarganya. Apa ciri-cirinya? Selalu memaksa jemaat melakukan persembahan dengan ancaman hukuman. Kalau tidak persembahan = tidak diberkati, tidak perpuluhan = kena kutuk, tingkap langit tertutup (ayat andalan: Maleakhi 3:10).

Ini membuat motivasi jemaat yang memberi persembahan menjadi salah — persembahan karena takut tidak diberkati

Harusnya adalah persembahan itu sebagai ucapan syukur karena Tuhan sudah memberkati kita. Jangan kebalik! Bukan atas dasar hukuman, tetapi atas dasar kasih Tuhan! Anda melakukan persembahan bukan agar Anda diberkati, melainkan karena Anda sudah diberkati!

Mari hari ini kita koreksi diri kita masing-masing. Hal kecil apa saja yang sering kita abaikan yang belum kita lakukan tiap hari? Mungkin dengan memulai segala sesuatu dengan Tuhan tiap pagi? Menyapa Tuhan, berdoa. Tidak perlu melakukan hal yang heboh, besar kalau hal kecil saja belum bisa melakukannya. Belajarlah dari Sephanim ini. Tuhan Yesus memberkati.

Our Dashboard

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *