Berani bertindak

Take a stand – Keberanian bertindak

Sermon 4 February 2024

Preacher: Yehezkiel Christanto

1 Raja-raja 18:20-23

Kekeringan yang menimpa Israel utara disebabkan oleh Raja Ahab dan Izebel yang menjerumuskan Israel kepada penyembahan berhala (Baal, Allah orang Sidon) dan Asyera. Orang yang beriman  kepada TUHAN jaman sekarang pun dapat terjerumus ke dalam sikap yang setara penyembahan berhala (Kolose 3:5) yaitu: Percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan.

Keberanian Elia bertindak untuk kedua kalinya (walaupun nyawa taruhannya) menghadap Raja Ahab ini adalah sikap yang berkebalikan dengan rakyat Israel utara yang diam saja, tidak menjawab teguran Elia.

Dalam hidup, ada banyak pilihan dan konsekuensi yang harus dihadapi. Perlu sikap dan keberanian bertindak seperti Elia supaya kita berkenan di hadapan TUHAN. Sikap itu adalah:

  • Ketika memutuskan bertindak, tidak boleh ada timpang dan bercabang hati (ayat 20): Anda tidak bisa menaiki 2 perahu yang berlainan tujuan sekaligus. 
  • Diperlukan langkah pertama untuk maju, beberapa langkah untuk proses, barulah bisa ada hasil (ayat 30): Langkah pertama adalah “mendekat”, itu membuat progress. Dan ada proses (membangun mezbah, dst) yang harus dilalui. Tujuan hasilnya adalah perkenanan TUHAN (tanda: api memakan habis persembahan di atas mezbah).  Mengapa harus api yang turun? Bukankah yang sangat dibutuhkan ketika mengalami kekeringan adalah air? Kita selalu memikirkan hasil yang sesuai keinginan untuk keluar dari penderitaan. Padahal perkenanan TUHAN adalah hasil/target yang harus kita capai. Para penyembah Berhala juga memiliki mezbah yang harus dibakar dengan api. Namun, tujuan mereka adalah “keserakahan”, berusaha mengambil hati Baal untuk menurunkan hujan, memberkati panen, bahkan tidak segan-segan mengorbankan anak mereka menjadi korban bakaran. Kenali proses Anda ketika berada dalam kekeringan, ada progresskah? Apakah sungguh Anda ingin berkenan di hati TUHAN, mempersembahkan seluruh kehidupan kita, dimurnikan dengan api ataukah hanya sekedar untuk memuaskan keserakahan kita?
  • Keberanian bertindak mengatasi ketakutan dan keraguan (ayat 39): Seharusnya sebagai orang beriman yang mengenal Allah, kita tidak ragu lagi untuk menyembah TUHAN walaupun mujizat belum terjadi. Seringkali kita membutuhkan bukti mujizat TUHAN terjadi barulah kita menyembah TUHAN. Orang yang mengenal TUHAN, dekat dengan TUHAN belum tentu imannya tidak goncang, seperti Petrus ketika menghampiri Tuhan Yesus yang berjalan di atas air.

Merasa sedang diproses tanpa ada progress? Berada di titik terendah? Milikilah keberanian bertindak dalam mengambil sikap yang benar, yang berkenan kepada TUHAN. Jangan mengharapkan hasil sesuai keinginanmu, melainkan sesuai keinginan TUHAN (pastilah yang terbaik). Sesungguhnya TUHAN sangat ingin dan tidak tahan untuk memberkati kita (ayat 1). Untuk itulah, seharusnya kita tidak boleh ragu untuk tetap menyembah-Nya apapun yang terjadi! Jangan menunggu mujizat terjadi baru menyembah-Nya.

Tuhan Yesus memberkati.