Faith in God over Men

Faith in God over Men

Banyak orang hidup dalam ketakutan—takut akan masa depan, kekurangan, kegagalan, bahkan penolakan. Namun dalam 1 Samuel 14, kita menemukan seorang pemuda bernama Yonatan, yang melawan rasa takutnya dan melangkah dengan iman. Cerita ini menunjukkan bagaimana iman kepada Allah yang hidup dapat mengalahkan rasa takut yang paling besar.

IMAN: MELANGKAH KETIKA YANG LAIN DIAM

[6] Berkatalah Yonatan kepada bujang pembawa senjatanya itu: ”Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin Tuhan akan bertindak untuk kita,
sebab bagi Tuhan tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang.”

[7] Lalu jawab pembawa senjatanya itu kepadanya: ”Lakukanlah niat hatimu itu; sungguh, aku sepakat.”

[8] Kata Yonatan: ”Perhatikan, kita menyeberang ke dekat orang-orang itu dan memperlihatkan diri kepada mereka.

[9] Apabila kata mereka kepada kita begini: Berhentilah, sampai kami datang padamu, maka kita
tinggal berdiri di tempat kita dan tidak naik mendapatkan mereka,

[10] tetapi apabila kata mereka begini: Naiklah ke mari, maka kita akan naik, sebab kalau demikian Tuhan telah menyerahkan mereka ke dalam tangan kita. Itulah tandanya bagi kita.”

Ketika yang lain bersembunyi, pergi atau diam saja (1 Sam 13), Yonatan menyeberang ke wilayah musuh untuk melawan. Yonatan memilih untuk bertindak, tidak menunggu keadaan yang ideal (pasukan cukup, senjata lengkap dll). Yonatan hanya ditemani pembawa senjatanya. Yonatan menunjukkan bahwa iman tidak menunggu kondisi sempurna, tetapi melangkah karena percaya pada Allah.

IMAN: PERCAYA PADA TUHAN, BUKAN DIRI SENDIRI

[6] Berkatalah Yonatan kepada bujang pembawa senjatanya itu: ”Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin Tuhan akan bertindak untuk kita,
sebab bagi Tuhan tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang.”

[12] Orang-orang dari pasukan pengawal itu berseru kepada Yonatan dan pembawa senjatanya, katanya: ”Naiklah ke mari, maka kami akan menghajar kamu.” Lalu kata Yonatan kepada pembawa senjatanya: ”Naiklah mengikuti aku, sebab Tuhan telah menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Israel.”

[13] Maka naiklah Yonatan merangkak ke atas, dengan diikuti oleh pembawa senjatanya. Orang-orang itu tewas terparang oleh Yonatan, sedang pembawa senjatanya membunuh mereka dari belakangnya.

Saul dalam pasal sebelumnya (1 Sam. 13) takut pada manusia, kehilangan kepercayaan diri, dan
melanggar perintah Tuhan karena tekanan takut pada manusia. Yonatan, sebaliknya, bertindak dalam iman walau logika berkata mustahil. Yonatan hanya berdua dengan bujang pembawa
senjatanya. Mereka harus menyeberang tebing curam, menaiki posisi musuh (secara militer sangat tidak menguntungkan).

Keyakinan orang kebanyakan:

  • Menghitung jumlah pasukan, siapa lebih banyak dan lebih kuat.
  • Bergantung pada strategi militer, mana yang lebih canggih.

Keyakinan Yonatan:

  • Sebab Tuhan akan bertindak untuk kita.
  • Sebab tidak sukar bagi Tuhan untuk menolong walaupun hanya ada 2 orang melawan ratusan pasukan.

Karena keyakinannya pada Tuhan, maka Yonatan berani bertindak. Ia tidak bergantung pada jumlah atau kekuatan manusia, tetapi pada kuasa Tuhan. Kuncinya adalah pada penyertaan Tuhan.

Kuasa Tuhan tidak dapat dibatasi oleh jumlah, atau kemampuan seseorang, atau keadaan tertentu, atau yang lain. Mungkin satu hal yang dapat membatasi kuasa Tuhan adalah: ketidakpercayaan
(Matius 13:58). Ketika kita percaya, Allah bekerja secara luar biasa.

IMAN: KUNCI KEMENANGAN

[14] Kekalahan yang pertama ini, yang ditimbulkan Yonatan dan pembawa senjatanya itu,
besarnya kira-kira dua puluh orang dalam jarak kira-kira setengah alur dari sepembajakan ladang.

[15] Lalu timbullah kegentaran di perkemahan, di padang dan di antara seluruh rakyat. Juga
pasukan pengawal dan penjarah-penjarah itu gentar, dan bumi gemetar, sehingga menjadi kegentaran yang dari Allah.

[20] Kemudian berkumpullah Saul dan seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia itu; dan ketika mereka sampai ke tempat pertempuran, tampaklah setiap orang menikam temannya
dengan pedang, suatu huru-hara yang sangat besar.

[21] Lagipula orang-orang Ibrani yang telah lama tinggal pada orang Filistin dan yang telah ikut
maju dalam tentara mereka, mereka juga berbalik untuk bergabung dengan orang-orang Israel yang ada bersama-sama dengan Saul dan Yonatan.

[22] Bahkan, ketika semua orang Israel yang telah bersembunyi di pegunungan Efraim, mendengar bahwa orang Filistin telah lari, orang-orang itu pun bergabung dengan mereka dalam
pertempuran.

Saat Yonatan dan bujangnya menyerang, Tuhan menciptakan kekacauan di pasukan Filistin (ayat
15). Ini memicu gelombang kemenangan, bahkan orang Israel yang bersembunyi ikut keluar, dan
bangsa Israel menang besar hari itu (ayat 23). Tuhan memakai keberanian iman satu orang untuk
mengubah keadaan seluruh bangsa.

Yonatan menggunakan apa yang ada padanya: senjata dan imannya, dan Allah mengerjakan apa yang Yonatan tidak bisa kerjakan, yaitu mengirim gempa bumi yang menakutkan seluruh orang
Israel. Kita lakukan apa yang menjadi bagian kita, dan Allah akan mengerjakan bagian-Nya.

Iman menjadi kunci kemenangan, karena:

  • Iman menggerakkan Allah untuk bekerja.
    Berulang kali dalam sejarah, Allah bekerja melalui seseorang yang penuh iman dan bersedia untuk memberikan hidupnya digunakan oleh Allah. Allah tidak digerakkan oleh perbuatan baik kita (amal), seperti Farisi. Ia tidak digerakkan melihat kekayaan yang mengesankan, seperti
    orang muda yang kaya. Tapi Ia digerakkan oleh iman. Ketika seseorang percaya pada-Nya dan
    melangkah dengan Iman, Tuhan langsung turun tangan.
  • Iman menular, menginspirasi dan membangkitkan orang lain.


Ketika orang melihat Yonatan berani, maka mereka ikut menjadi berani berperang melawan
Filistin.

  • Orang-orang yang bersembunyi menjadi berani.
  • Orang-orang yang tadinya berpihak pada Filistin, berbalik mendukung Israel (1 Samuel 14:20-22).

Hari ini, kita belajar bahwa iman bukanlah tentang menunggu kondisi sempurna, tetapi tentang
percaya kepada Tuhan yang sempurna. Seperti Yonatan, kita semua akan menghadapi situasi di mana kita harus memilih: tetap di tempat dalam ketakutan, atau melangkah maju dalam iman.

Iman bukan nekat, tapi kepercayaan penuh pada karakter Allah yang setia. Mungkin kamu sedang
berdiri di tengah tekanan, masalah atau penantian sesuatu yang penting. Fiman ini mendorong Anda untuk percaya dan bertindak. Tuhan tidak butuh banyak untuk melakukan perkara besar. Dia hanya butuh hati yang percaya. Seperti kata Yonatan:

Sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang. (1 Samuel 14:6 TB)

Kisah Yonatan adalah undangan bagi kita semua untuk memilih iman di atas ketakutan.

  • Jangan menunggu kondisi sempurna—melangkahlah!
  • Jangan bersandar pada kekuatan sendiri—percaya pada Tuhan!
  • Jangan remehkan iman kecil—Tuhan bisa pakai untuk perkara besar!

Jangan tunggu semua jelas. Jangan menunda sampai semua orang setuju. Melangkahlah — bukan
karena kamu tahu semua jawaban, tapi karena kamu tahu siapa Tuhanmu.

Our Dashboard

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *