Perubahan tanpa kemuliaan

Perubahan tanpa Kemuliaan

Bagaimana jika saya bertanya: Adakah kemuliaan Tuhan dalam diri Anda? Perubahan hidup seperti apa yang Anda ingin alami? Adakah Tuhan disana? Hari ini kita akan belajar tentang perubahan yang tidak ada kemuliaan Tuhan disana, yang dialami oleh isteri Pinehas yang seharusnya bersukacita karena melahirkan seorang putera, tetapi ia berdukacita karena tabut Tuhan yang menjadi simbol penyertaan Tuhan dirampas oleh orang Filistin, bahkan melebihi dukacita akan kematian mertua serta suaminya.

1 Samuel 4:10-11

10 Lalu berperanglah orang Filistin, sehingga orang Israel terpukul kalah. Mereka melarikan diri masing-masing ke kemahnya. Amatlah besar kekalahan itu: dari pihak Israel gugur tiga puluh ribu orang pasukan berjalan kaki.

11 Lagipula tabut Allah dirampas dan kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, tewas.

Dari pertempuran dengan orang Filistin sebelumnya, orang Israel sudah menderita kekalahan kira-kira 4.000 orang tewas (1 Sam. 4:2)

1 Samuel 4:12-13

12 Seorang dari suku Benyamin lari dari barisan pertempuran dan pada hari itu juga ia sampai ke Silo dengan pakaian terkoyak-koyak dan dengan tanah di kepalanya.

13 Ketika ia sampai, Eli sedang duduk di kursi di tepi jalan menunggu-nunggu, sebab hatinya berdebar-debar karena tabut Allah itu. Ketika orang itu masuk ke kota dan menceritakan kabar itu, berteriaklah seluruh kota itu.

Pakaian terkoyak dan tanah di atas kepala adalah tradisi simbol duka dan penyesalan yang mendalam.

2 Sam 15:32 Ketika Daud sampai ke puncak, ke tempat orang sujud menyembah kepada Allah, maka datanglah Husai, orang Arki, mendapatkan dia dengan jubah yang terkoyak dan dengan tanah di atas kepala. → Husai orang Arki datang menemui Daud dengan pakaiannya terkoyak dan tanah di atas kepalanya, sebagai tanda dukanya atas situasi yang terjadi.

2 Sam 19:24 Juga Mefiboset bin Saul menyongsong raja. Ia tidak membersihkan kakinya dan tidak memelihara janggutnya dan pakaiannya tidak dicucinya sejak raja pergi sampai hari ia pulang dengan selamat. → Ketika Daud kembali ke Yerusalem, ada orang-orang yang datang untuk menyambutnya dengan pakaian terkoyak dan tanah di atas kepala, sebagai tanda kesedihan atas perpisahan.

Yeremia 41:5 datanglah orang-orang dari Sikhem, dari Silo dan dari Samaria, delapan puluh orang jumlahnya, yang janggutnya bercukur pakaiannya koyak—koyak dan badannya bertoreh-toreh; mereka membawa korban sajian dan kemenyan untuk dipersembahkan di rumah TUHAN. → Orang-orang yang datang dari Sikhem, dari Silo, dan dari Samaria, datang dengan pakaian terkoyak dan tanah di atas kepala, sebagai tanda penyesalan atas tindakan mereka.

Yesaya 15:5 Aku berteriak karena Moab, pengungsi-pengungsi sudah sampai ke Zoar, ke Eglat-Selisia. Sungguh, orang mendaki pendakian Luhit sambil menangis; dan di jalan ke Horonaim orang berteriak karena ditimpa bencana. → Pakaian terkoyak dan tanah di atas kepala digunakan sebagai simbol kesedihan dan penyesalan atas kehancuran suatu bangsa.

Pakaian terkoyak dan tanah di atas kepala adalah simbol yang kuat dalam Alkitab yang digunakan untukmenunjukkan kesedihan, penyesalan, dan pengakuan atas kesalahan atau tragedi yang dialami. 

Yang menarik adalah Imam Eli yang tidak menghormati Tuhan justru berdebar-debar karena tabut Tuhan. 

1 Samuel 4:14-15

14 Ketika Eli mendengar bunyi teriakan itu, bertanyalah ia: “Keributan apakah itu?” Lalu bersegeralah orang itu mendapatkan Eli dan memberitahukannya kepadanya.

15 Eli sudah sembilan puluh delapan tahun umurnya dan matanya sudah bular, sehingga ia tidak dapat melihat lagi.

Sebelumnya dari 1 Sam. 4:5 kita memperoleh informasi ada sorakan yang sampai membuat bumi bergetar, tetapi di ayat ini menjadi teriakan satu kota.

1 Samuel 4:16-17

16 Kata orang itu kepada Eli: “Aku datang dari medan pertempuran; baru hari ini aku melarikan diri dari medan pertempuran.” Kata Eli: “Bagaimana keadaannya, anakku?”

17 Jawab pembawa kabar itu: “Orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin; kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas.”

Frasa “baru hari ini” berarti orang ini ada di medan pertempuran antara orang Filistin dan orang Israel sejak awal.

1 Samuel 4:18-19

18 Ketika disebutnya tabut Allah itu, jatuhlah Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati. Sebab telah tua dan gemuk orangnya. Empat puluh tahun lamanya ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel.

19 Adapun menantunya perempuan, isteri Pinehas, sudah hamil tua. Ketika didengarnya kabar itu, bahwa tabut Allah telah dirampas dan mertuanya laki-laki serta suaminya telah mati, duduklah ia berlutut, lalu bersalin, sebab ia kedatangan sakit beranak.

Ingat, bahwa Eli sudah dinubuatkan di dalam 1 Sam. 2:32 → tidak ada seorang kakek untuk selamanya.

1 Samuel 4:20-22

20 Ketika ia hampir mati, berkatalah perempuan-perempuan yang berdiri di dekatnya: “Janganlah takut, sebab engkau telah melahirkan seorang anak laki-laki.” Tetapi ia tidak menjawab dan tidak memperhatikannya.

21 Ia menamai anak itu Ikabod, katanya: “Telah lenyap kemuliaan dari Israel” – karena tabut Allah sudah dirampas dan karena mertuanya dan suaminya.

22 Katanya: “Telah lenyap kemuliaan dari Israel, sebab tabut Allah telah dirampas.”

Ikabod artinya “tidak ada kemuliaan”. Kemuliaan Israel adalah Allah dan manifestasi kehadiran-Nya di bumi di tengah-tengah umat-Nya.

Kematian Hofni dan Pinehas serta terampasnya tabut perjanjian menekankan bahwa Allah akan menghakimi, yaitu mendatangkan bencana pribadi atas seseorang dan menarik kemuliaan-Nya dari mereka yang menerima para pemimpin rohani yang amoral

Roma 3:23

23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah

Kehilangan kemuliaan Allah artinya adalah kehilangan persekutuan dengan Allah. Artinya tidak ada penyertaan Allah lagi.

Mengapa kita perlu belajar yang namanya kemuliaan Tuhan itu penting terutama di dalam hidup kita? Karena banyak orang Kristen yang mulai terdistorsi dengan dunia. Mereka merasionalisasi dosa → Tidak apa-apa berbuat dosa karena orang lain melakukan hal yang sama. 

  1. Banyak orang Kristen jaman now yang hidupnya tidak mencerminkan kemuliaan Tuhan → Hofni & Pinehas memandang rendah kurban untuk Tuhan, memakan kurban sembelihan umat Tuhan dan memakan bagian yang terbaik (1 Sam. 2:13-15), bahkan tidak mau kurban yang dimasak alias mentah → serakah luar biasa. Mereka tidak menghormati Tuhan → tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan → Mengadopsi penyembahan berhala (pelacuran bakti) 1 Sam. 2:22. Sama halnya dengan orang Kristen, mungkin labelnya Kristen tapi hobby selingkuh, belum menikah sudah melakukan free seks, haus validasi dunia dll. Ini diperparah dengan Hofni & Pinehas jabatan mereka adalah imam → artinya dosa itu sudah masuk ke para pelayan Tuhan. Jangan dikira para pelayan mimbar ini kebal dosa. Imam Eli → Menggemukkan diri dengan kurban sembelihan dan sajian dari umat Israel → Banyak pemimpin umat Kristen yang sekarang gaya hidupnya glamor, bahkan memakai uang perpuluhan untuk memenuhi nafsu hedon mereka. Dipanggil pelayanan malah pilih-pilih. Tua-tua Israel → memperlihatkan bahwa dari dosa individual menjadi korporat → Tidak ada kedewasaan rohani, tidak ada perubahan dalam hidup mereka, memaksa Tuhan hadir untuk memenangkan pertempuran → Sama hal nya dengan orang Kristen sekarang yang butuh Tuhan saat diperlukan saja! Mereka tidak memerlukan Tuhan ketika hidupnya dalam kondisi nyaman. Tua-tua Israel ini meniru bangsa-bangsa lain yang membawa atribut dewa “perang” mereka ke dalam pertempuran. Banyak orang Kristen yang sekarang mulai meniru dunia, mencoba meraih kemuliaan dari dunia bahkan bersorak untuk itu.
  2. Banyak orang Kristen jaman now mengejar kemuliaan yang dunia tawarkan. Rata-rata apa yang terlihat itu menggoda manusia untuk mengejar apa yang terlihat itu seperti kemuliaan, kehormatan, kesuksesan, kenyamanan, pengaruh, pengakuan. Dibanding dengan ibadah, pelayanan, memberi, mengampuni, menderita. Dimanakan posisi kita sekarang? Manusia berbondong-bondong untuk mengejar banyak harta sehingga mendapat label “mulia”. Anda boleh kaya di hadapan manusia, namun percuma kalau tidak pernah bergantung kepada Tuhan (Mat. 5:3)

Kemuliaan dari dunia ini bersifat sementara, kemuliaan yang datangnya dari Tuhan itu bersifat kekal

DIsadari atau tidak, kerinduan untuk memancarkan kemuliaan Tuhan sudah ‘memudar’ dari orang Kristen yang mengejar kemuliaan dunia (2 Kor. 3:10-11). Pertanyaannya: Mengapa kita berjuang keras untuk mendapatkan kemuliaan dunia? Kenapa kita tidak memperjuangkan lebih untuk mendapat kemuliaan kekal yang datangnya dari Tuhan? (2 Kor. 3:18). Apa yang dialami oleh isteri Pinehas ini adalah contoh kemuliaan dari dunia yang bersifat ‘sementara’. 

Ujian datang untuk memurnikan kemuliaan yang akan kita dapatkan. Kemuliaan memiliki nilai tinggi yang tetap dan tahan uji. Bangsa Filistin datang sebagai ujian yang memurnikan kemuliaan bangsa Israel. Tidak adanya penyertaan/kehadiran Tuhan menjelaskan semuanya bahwa “waktu” adalah ujian kemuliaan yang kita miliki.

Jikalau kita memiliki kemuliaan Tuhan maka sesungguhnya kita tidak ada waktu dan alasan untuk berbuat dosa. Orang Kristen yang masih suka bermain-main dengan dosa akan kehilangan kemuliaan Tuhan

2 Korintus 3:13-17 menjelaskan bahwa kunci memancarkan kemuliaan Tuhan adalah: hati yang berbalik kepada Tuhan. Hati yang berbalik kepada Tuhan sama artinya dengan menghampiri Tuhan.

Hofni & Pinehas, Imam Eli, tua-tua Israel adalah orang-orang yang menghadirkan Tuhan bukan karena mereka memiliki relasi dengan Tuhan secara sungguh-sungguh, tetapi karena mereka kebetulan saja berada disana. Jangan hanya menjadi orang Kristen yang “kebetulan” tetapi “sengaja” menghampiri Tuhan.

Ikabod tidak berbicara hanya tentang kemuliaan Tuhan, melainkan juga penyertaan Tuhan yang berarti berbicara tentang hubungan dengan Tuhan, karakter dan hikmat Tuhan

Ketika Tuhan menyertai Musa, bangsa Mesir yang digdaya saat itu mengalami 10 tulah.

Ketika Tuhan menyertai Daud, Daud mampu mengalahkan Goliat yang tidak mampu dihadapi oleh seluruh bangsa Israel

Ketika Tuhan menyertai Sadrakh, Mesakh, Abednego mereka tidak mengalami kematian oleh karena tungku berapi yang menyala (jaman Raja Nebukadnezar)

Ketika Tuhan menyertai Daniel, mulut singa-singa pun tertutup dan Daniel dapat lepas bahkan tidak terluka sama sekali. (jaman Raja Darius)

Perubahan sejati terjadi ketika:

● Ketika karakter kita semakin mencerminkan Kristus. Orang lain akan melihat kesabaran, kasih, dan hikmat dalam hidup kita.

● Ketika kita semakin berdampak bagi orang lain. Perubahan sejati tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk memberkati orang di sekitar kita.

● Ketika kita semakin berjalan dalam kehendak Tuhan. Hidup kita tidak lagi berpusat pada keinginan pribadi, tetapi pada rencana Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati.

Our Dashboard

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *