Layakkah engkau marah?
Sermon: 6 Oktober 2024
Preacher: Ps. Andreas Purnomo
Kisah Yunus di Alkitab, ada 3 hal yang bisa kita pelajari:
- Persepsi yang keliru tentang Tuhan. Yunus mengatakan: “Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu,bahwa Engkaulah Allah yang pengasihdan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasihsetia serta yang menyesalkarena malapetakayang hendak didatangkan-Nya. Tuhan punya rencana yang lebih besar dari yang Yunus bayangkan terhadap Niniwe. Terkadang kita berpikir Tuhan hampir terlambat untuk menolong kita, padahal tidak ada kata terlambat bagi Tuhan. Dalam kisah Lazarus, Tuhan Yesus justru “terlambat” menurut manusia. Lazarus mati, namun Dia bisa membangkitkan Lazarus. Tuhan yang tertulis dalam Alkitab adalah Tuhan yang besar, yang tidak terbatas namun kita masukkan ke dalam cetakan yang kita bikin sendiri tentang Tuhan. Dan kemudian bila Tuhan tidak melakukan seperti yang kita harapkan, kita akan marah dan kecewa sama seperti Yunus.
- Persepsi yang keliru tentang situasinya. Adanya sesuatu yang lumrah kalau sesuatu berjalan dengan baik, tapi dalam kisah Yunus, sesuai rencana-Nya, kenyamanan Yunus diambil ketika pohon jarak itu Tuhan kirimkan ulat dan Yunus marah kepada Tuhan. Yunus marah ketika Tuhan bertanya: “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” dan berkata kedua kalinya: “Selayaknyalah aku marah sampai mati.” sebetulnya kalau kita baca kisah Yunus sebelumnya, Yunus baru saja diselamatkan dari kematian ketika ditelan oleh ikan besar. Yang terjadi pada Yunus juga sering terjadi pada kita yang susah sedikit saja kecewa kepada Tuhan yang tidak memberikan jawaban dan pertolongan. Seringkali Tuhan menggunakan kesusahan dan kesesakan kita untuk membuat kita ingat dengan Tuhan sama seperti awak kapal yang berseru kepada ilah mereka ketika badai datang.
- Persepsi yang keliru tentang dirinya sendiri. Yunus berpikir bahwa semuanya ini tentang dirinya. Orang-orang yang tidak kenal TUhan di dalam kapal yang terombang ambing bersama Yunus memikirkan keselamatan bersama bahkan Yunus sekalipun. Tetapi Yunus tidak memikirkan keselamatan orang Niniwe. Yunus malah tidak suka ketika orang Niniwe bertobat dan dibebaskan dari hukuman. Yunus tidak berpikir bahwa ini bukan tentangnya melainkan orang disekitarnya, bagaimana orang-orang yang tidak kenal Tuhan yang berada satu kapal dengan Yunus bisa mengenal Allah yang benar. Bagaimana orang-orang Niniwe bisa mengenal Tuhan yang sama yang menghukum Sodom dan Gomora dan akhirnya mereka bertobat.
Jadi ketika saudara dalam kesesakan, ketika mengalami masa-masa tidak enak, layakkah saudara marah kepada Tuhan? Tuhan Yesus memberkati.
Leave a Reply