Kawan atau Lawan?

Kawan atau Lawan?

Sermon, 2 Juni 2024

Preacher: Yehezkiel Christanto

Bacaan: Yosua 5:13-15

Kita sering menganggap dan menjadikan Tuhan sebagai “kawan” kita, namun tanpa disadari sering pula kita baik sengaja atau tidak menjadikan Tuhan sebagai “lawan” kita dengan hidup tidak kudus atau berkenan kepada Allah. 

Ayat favorit yang dikutip biasanya Roma 8:31 yang tertulis: “Jika Allah di pihak kita, siapakah lawan kita?”

Ketika Yosua dekat Yerikho, ia melihat ada seorang laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangannya. Yosua kemudian mendekatinya dan bertanya kepadanya: “Kawankah engkau atau lawan?”

Ini adalah sebuah perjumpaan antara Yosua dengan sosok ilahi yang misterius sebelum penaklukan kota Yerikho. Yerikho sudah jatuh secara mental 2 kali, tetapi untuk masuk dan menaklukkannya tidak mudah karena ada tembok besar di sekelilingnya (Yos. 2:10-11 & Yos. 5:1). Yerikho mengandalkan tembok kota sebagai pertahanan terkuat.

Dibutuhkan usaha lebih keras untuk masuk ke dalam Yerikho walaupun mereka sudah kalah secara mental. Begitu pula dengan masalah yang sudah kita tahu/prediksi sebelumnya akan terlihat seperti tembok yang menjulang tinggi daripada yang kita belum tahu sebelumnya.

Cara kerja dunia seperti tembok Yerikho. Menjulang tinggi dan membuatmu merasa seperti orang yang akan gagal atau kalah padahal kamu adalah orang yang disertai oleh Tuhan. Ketika kita disertai oleh Tuhan, pasti ada kemenangan di depan kita, namun dunia memiliki cara untuk menggagalkan rencana Tuhan seperti Yerikho. Misalnya: Kita yakin akan penyertaan Tuhan dalam dunia kerja sehingga kita berharap mengalami kenaikan gaji terhadap performa pekerjaan kita yang lebih tinggi, tetapi tiba-tiba masuklah seseorang yang baru dengan gaji yang di atas kita yang mematahkan semangat kerja kita. Atau misalnya ketika kita menaiki mobil, tiba-tiba dari belakang mobil kita ditabrak oleh motor. Meskipun kita dalam posisi benar, selalu yang biasanya disalahkan adalah mobil, karena mereka yang punya mobil memiliki uang yang lebih, motor tidak, dan sebagainya.

Siapa yang dijumpai oleh Yosua sebelum menaklukkan Yerikho? 

Ternyata sosok itu adalah Panglima Balatentara TUHAN. Ketika ditanya Yosua kawankah atau lawan, Panglima tersebut menjawab “Bukan”. Siapakah sosok ini? Dalam Alkitab, beberapa kali TUHAN menampakkan diri dalam wujud manusia. Misalnya bertemu dengan Abraham dalam wujud 3 orang manusia, menghibur Hagar yang tertekan oleh Sara di sebuah sumur. Atau bergulat dengan Yakub dalam wujud manusia. Uniknya, saat bertemu Yosua, Ia menyatakan bahwa dirinya Panglima Balatentara TUHAN. Mari bandingkan dengan 1 Raja-raja 22:19 Kata Mikha: “Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhta-Nya dan segenap tentara sorga berdiri di dekat-Nya, di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya (band. Mzm. 103:20-22, Kel. 14:14). Jadi, TUHAN sendirilah yang mendatangi Yosua!

Ini menarik, kata “Panglima” berasal dari akar kata yang sama yang digunakan oleh kata pertama dalam Alkitab yang memiliki keterkaitan!

Akar katanya adalah reshith (resh-alef-shin-yod-tav). Kita bisa mengidentifikasi bahwa inilah Yesus seperti yang tertulis dalam Yohanes 1:1 dan Yohanes 1:14. Sang firman itu sendirilah yang menemui Yosua.

Setiap perjumpaan dengan TUHAN akan selalu menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Kita tahu selanjutnya bahwa tembok Yerikho itu hancur bukan dengan hal yang umum, melainkan dengan sorakan yang nyaring.

Nicky Cruz lahir di keluarga miskin tahun 1938 di Puerto Rico, dan sejak kecil mengalami kekerasan
fisik maupun verbal (KDRT). Hidup di tengah masyarakat yang penuh kekerasan membuatnya terlibat di dalam geng narkoba, minuman keras dan kriminalitas. Saat remaja, Nicky bergabung dengan geng paling ditakuti di New York, Mau Maus. Walaupun di luar ia nampak garang, hidupnya kosong.
Tahun 1958, Nicky bertemu David Wilkerson, seorang penginjil yang ditentangnya. Walaupun Nicky
sangat kasar dan skeptis, David tetap menjangkaunya dengan kasih, dan lama-kelamaan mengubah
Nicky. Nicky berjumpa secara pribadi dengan Tuhan, dan hidupnya berubah total. Ia meninggalkan geng, ikut pelayanan, mendirikan Nicky Cruz Outreach untuk menjangkau anak muda dan geng. Bukunya “Run Baby Run” dicetak jutaan copy. Perjumpaan Nicky dengan David, membawanya
berjumpa dengan Tuhan, mengubah hidupnya, dari kegelapan menjadi harapan, dari kesia-siaan menjadi berguna, dari kebencian menjadi kasih.
Perjumpaan dengan Tuhan akan mengubah kehidupan, seperti yang dialami Yosua, Dia berjumpa dengan Tuhan (dalam wujud Panglima Balatentara Allah), sehingga bisa memimpin bangsa Israel dengan sorak kemenangan. Sorakan dan sangkakala (Shout of Praise) bangsa Israel dimulai dari sebuah perjumpaan.

Pertanyaannya adalah: Mengapa tidak banyak orang yang mengalami perubahan hidup padahal datang ke gereja tiap minggu? 

Mengapa ada yang mengerti firman Tuhan, dan ada yang tidak mengerti firman Tuhan? Mengapa ada yang mendapatkan sesuatu ketika datang ke Super Sunday dan ada yang tidak mendapatkan sesuatu yang mengubah hidupnya?

Dalam Alkitab, ketika Abraham menjumpai Tuhan, 2 kali disebutkan ia “melihat” tetapi ketika melihat yang kedua kalinya, ia “mengerti” dan langsung menyembah-Nya. 

Sedangkan ketika kita membaca kisah Yosua yang berjumpa dengan Allah, Yosua tidak langsung menyembahnya.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Inilah yang terjadi kepada kita ketika berjumpa dengan Tuhan. Kadang kita tidak langsung “mengerti” ketika membaca firman Tuhan.

Sangat “baik” kita berjumpa dengan Tuhan, tetapi lebih baik lagi jika kita “mengerti” maksud perjumpaan Tuhan dengan kita. Karena baik saja tidak cukup, Tuhan ingin kita hidup “benar”, mengalami perubahan hidup!

Semua agama mengajarkan kebaikan, tetapi itu tidak cukup bagi Tuhan.

Dalam Yohanes 14:6 Yesus berkata bahwa: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Yesus sang kebenaran itu menuntut dalam Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Ada 2 kata Yunani yang diterjemahkan sebagai “kebenaran” dalam Alkitab. Aletehia adalah kata yang dipakai ketika Yesus menyatakan dirinya adalah “kebenaran”. Sedangkan ketika Yesus menuntut kita untuk hidup benar, kata “Dikaiosune” yang dipakai. Apa bedanya? Aletheia adalah sumber kebenaran, inilah firman Tuhan. Sedangkan Dikaisune memiliki akar kata Dikaios yang dalam bahwa inggris adalah righteous yang artinya posisi yang tepat di mata Allah (berkenan di hadapan Allah).

Jadi akhirnya kita akan paham, ketika Panglima tersebut berkata “Bukan“. Karena kebenaran itu berdiri sendiri, tidak dalam posisi manapun. Tidak perlu pembelaan siapapun dan Ia akan membela yang “benar”. 

Karena firman Tuhan adalah kebenaran, maka kita akan percaya kepada-Nya. Untuk itulah kita harus hidup benar supaya mendapat “pembelaan” dari kebenaran. Dan hidup benar ini haruslah ada “tindakan”/action. 

Sering kita merasa cukup atas penyertaan Tuhan, tapi kita lupa bahwa kita harus “mengerti” kebenarannya tiap hari dalam hidup kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *