Seize The Day: Counting Down

Seize The Day “Counting Down”

Segala sesuatu yang diciptakan pasti ada masa akhirnya, demikian juga dengan kehidupan manusia.
 
Orang yang berhikmat bisa menghitung hari-hari karena menyadari hidup ada akhirnya. Orang yang menyadari hidup ada akhir akan menggunakan setiap kesempatan dengan baik, menggunakannya untuk sesuatu yang kekal, bukan sementara.
 
Waktu merupakan salah satu hal berharga yang manusia miliki tetapi ada begitu banyak yang tidak menyadarinya. Semua orang diberikan waktu yang sama 24 jam, tetapi ada yang menggunakannya dengan baik, ada yang tidak.
 
Surat Paulus dalam Efesus 5:15-17 mengajarkan 2 hal ke kita.
 
Pertama, mengajarkan kita untuk memperhatikan dengan saksama, bagaimana kita hidup. Kalimat ini dikontraskan dengan kata “bebal”. Orang bebal adalah orang yang mengulang kebodohan yang sama. Tahu salah tapi tetap melakukan. Orang bebal selalu saja melakukan hal yang sama, tapi mengharapkan hasil yang berbeda. Dalam memanfaatkan waktu, orang bebal tidak akan serius, ia akan membuang waktunya dengan sia-sia.
 
Kedua, yang dinasihatkan kepada kita adalah supaya kita menjadi bijaksana. Kata “pergunakanlah” pada ayat 16 ini menunjuk pada kata “menebus”. Hari kemarin tidak bisa kita rubah, tapi hari ini kita punya “kuasa” untuk mengubah hari ini. Kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Kita mungkin melakukan kesalahan di masa lalu, tapi saat ini kita punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan kita.
 
Mungkin pernah kehilangan kesabaran sehingga menyebabkan orang sakit hati, terluka. Mungkin pernah merugikan orang lain, merugikan partner bisnis. Mungkin pernah tidak setia ke pasangan. Mungkin sebagai anak, kita mengecewakan orang tua karena kelakuan kita yang membuatnya malu. Mungkin sebagai orang tua kita menjadi teladan yang salah.
 
Penyesalan di masa lalu, bisa kita tebus di hari ini. Selama masih ada “hari ini”, kita punya “kuasa” untuk merubahnya.

Yang tersisa dari sebuah hidup yang “panjang” hanyalah 3-5 tahun. Berapa banyak buat Tuhan? Berapa tahun yang benar-benar produktif?

Apa jadinya jika kita sudah tidak ada kesempatan untuk merubah? Kita bisa lihat sebuah kisah dalam Mat. 25:1-13.

Kesempatan masih ada selama pintu masih terbuka. Jangan menjadi bodoh, tidak mempersiapkan segala sesuatunya sebelum mempelai datang.

Kita tidak tahu dengan pasti kapan Kristus/mempelai itu datang. Apalah gunanya obor untuk menyambut apabila tidak membawa minyak? Obor menjadi tidak berarti apabila kehabisan minyak.

Tertidur berarti menjadi tidak waspada. Bisa juga karena kecapekan, tetapi juga bisa berarti berada dalam zona nyaman.

Sayangnya, kisah ini berakhir dengan buruk untuk gadis-gadis bodoh tersebut. Kita harus mempersiapkan diri kita bukan hanya untuk diri kita, tetapi juga untuk mengerti kehendak Tuhan dalam kehidupan kita.

Mari kita lihat sejenak ke belakang kisah hidup kita. Kita semua tahu kisah Yunus. Salah satu tanda nubuatan bahwa seperti Yunus mati 3 hari 3 malam di perut ikan, maka Yesus juga (Mat. 12:40).
 
Kisah ini cukup pendek, hanya 4 pasal. Pasal 1 bercerita tentang Yunus yang diperintahkan Allah ke Niniwe menentang kejahatan. Tapi Yunus menolak dan berlayar ke arah yang bertentangan. Lalu badai besar melanda, dan akhirnya Yunus dilemparkan ke laut atas permintaannya sendiri. Akhirnya ia ditelan oleh seekor ikan besar. Pasal 2 berisi kalimat doa dan permohonannya. Segera sesudah itu Yunus dimuntahkan oleh ikan itu ke pantai. Di pasal 2 ini Yunus sudah mengalami kematian. Pasal 3 menceritakan bahwa Yunus akhirnya ke Niniwe. Khotbahnya tentang hukuman yang akan datang mendorong penduduk kota itu untuk bertobat dari hidupnya yang jahat. Pasal 4 bercerita tentang kemarahan Yunus, karena penduduk Niniwe yang bertobat meluputkan mereka dari hukuman; sesudah itu Allah, dengan menumbuhkan kasih sayang Yunus terhadap sebatang pohon jarak, mengajar Yunus bahwa Allah mengasihi semua orang.
Untuk belajar mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita, kita bisa lihat kisah Yunus ini.
 
Kehendak Tuhan dalam hidup kita adalah agar kita tidak binasa karena dosa. Dia selalu memikirkan kita, walaupun jujur, sering kita tidak memikirkan-Nya. Kita lebih memilih sibuk menghabiskan waktu dengan kehidupan kita, anak kita, pekerjaan kita.
Tapi Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh kasih. Dia memikirkan ujung kehidupan kita, akhir dari kehidupan kita.
 
Mungkin kita berpikir melarikan diri dari perintah Tuhan adalah yang terbaik bagi kita. Tapi tidaklah demikian, yang ada adalah kematian. Lihatlah bagaimana Yunus mati di dalam perut ikan (Yunus 2:2) “Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kau dengarkan suaraku.”
 
Di depan ada tubuh dan darah Kristus. Sebagaimana Tuhan menghidupkan kembali Yunus, dengan memberikan kesempatan kedua. Ia juga memberikan kesempatan kedua bagi kita melalui tubuh dan darah-Nya.
Dia telah menebus kita dari perbuatan kita yang sia-sia. Akankah kita memanfaatkan kesempatan ini dengan baik? Ataukah kita akan hidup secara serampangan seperti orang bodoh dan bebal?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *